|   Media  |  

Menghasilkan Nilai Tambah Bauksit di KEK Galang Batang

Kamis, 30 Januari 2020 | 17:50
blog post

Presiden Joko Widodo beberapa kali menyampaikan keseriusannya untuk melarang ekpor bahan mentah mineral dan batu bara. Sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 11 Tahun 2019, tepatnya sejak 1 Januari 2020 ekspor bijih nikel sudah dilarang, dan direncanakan secara bertahap akan berlaku pada komoditas lain seperti bauksit, timah, hingga batu bara.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau mengembangkan industri yang sejalan dengan program Pemerintah melalui pengolahan bijih bauksit menjadi alumina. Sehingga dengan munculnya industri ini diharapkan dapat memberi nilai tambah untuk perekonomian nasional dan secara bertahap dapat memenuhi kebutuhan nasional akan alumina hingga produk turunannya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi bauksit nasional saat ini mencapai 40 juta ton per tahun. Jika bijih bauksit itu diolah di dalam negeri menjadi alumina, maka nilai tambah yang dihasilkan mencapai 5 kali lipat dibanding jika bauksit tersebut diekspor dalam bentuk bahan mentah.

"KEK Galang Batang ini diharapkan bisa segera mengolah bauksit menjadi alumina dan aluminium, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk hilirisasi dan nilai tambah industri," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat mengunjungi lokasi KEK Galang Batang, Kamis, 30 Januari 2020 bersama pejabat Eselon I Kemenko Perekonomian, pejabat daerah, Sekretaris Dewan Nasional KEK beserta rombongan.

Menko Perekonomian tiba di KEK Galang Batang disambut oleh Direktur Utama PT Bintan Alumina Indonesia, Santoni beserta jajarannya. Rombongan kemudian berkeliling meninjau progres pembangunan KEK antara lain water reservoir, pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina, pelabuhan, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pelabuhan.

KEK Galang Batang yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2017 dan beroperasi pada Desember 2018 telah menunjukan progress pembangunan yang signifikan.

Santoni, Direktur Utama PT Bintan Alumina Indonesia selaku Badan Usaha Pembangun dan Pengeloka (BUPP) KEK Galang Batang menjelaskan, saat ini sedang dilakukan konstruksi pembangunan refinery alumina dengan kapasitas produksi 2 juta ton/tahun. Pada akhir tahun 2020 akan terealisasi secara bertahap sebesar 1 juta ton/tahun dengan progress pembangunan yang sudah mencapai 62,5%. Total nilai investasi pembangunan refinery alumina tersebut mencapai Rp 9 triliun.

Selanjutnya pada tahap II yaitu tahun 2022-2027, akan dibangun smelter aluminium 1 juta ton/tahun dan power plant 18 x 150 MW secara bertahap dan ditargetkan akan dimulai pada 2022, setelah refinery beroperasi dengan kapasitas penuh.

"Jika KEK Galang Batang beroperasi penuh, maka industri yang ada akan mengolah bijih bauksit menjadi bubuk alumina, untuk kemudian diproses menjadi aluminium ingot," kata Santoni.

Target akhir pembangunan KEK Galang Batang adalah kapasitas produksi 2 juta ton/tahun alumina, 1 juta ton/tahun aluminium ingot, tenaga listrik 2.850 MW, dan fasilitas pendukung lainnya. Total investasinya mencapai Rp 36 triliun hingga tahun 2027.

Produksi alumina 2 juta ton/tahun akan memberikan kontribusi Rp 7,5 triliun pada produksi nasional tahun 2021. Selain itu impor alumina juga dapat ditekan.

Sekretaris Dewan Nasional KEK Enoh Suharto Pranoto mengapresiasi program pengembangan sumber daya manusia (SDM) di KEK Galang Batang. Dalam mempersiapkan proses produksi dan penyiapan SDM lokal, PT Bintan Alumina Indonesia mengirim pekerja-pekerja muda Indonesia untuk mendapatkan pelatihan Business Process di Nanshan University, Shandong, Tiongkok. 

Program pelatihan diselenggarakan 1 (satu) tahun diikuti 60 tenaga kerja PT BAI dengan latar belakang Pendidikan Elektro, Mekatronika, Kimia, dan Instrumentasi yang merupakan lulusan beberapa universitas ternama di Indonesia dengan 15% di antaranya merupakan masyarakat Kepulauan Riau. 

Pelatihan tersebut akan dilakukan secara kontinyu dengan tujuan menghasilkan pekerja andal di bidang industri yang nantinya akan mengabdi di KEK Galang Batang dan mampu menjadi knowledge and skill agent yang dapat diikuti dan dilanjutkan oleh tenaga kerja lokal lainnya. 

KEK Galang Batang dikelola oleh PT Bintan Alumina Indonesia. Dengan Iuas lahan sebesar 2.333,6 ha, diperkirakan dapat menyerap 23.200 tenaga kerja pada tahun 2020. Kegiatan utama yang akan dikembangkan di KEK ini adalah industri pengolahan bauksit dan logistik. (*)